Minggu, 12 November 2017

perbandingan hikayat dan cerpen

Perbedaan Hikayat dan Cerita Pendek (Cerpen)

23 Februari 2016   22:00 Diperbarui: 23 Februari 2016   22:00

27307 1 0

Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama.

Cerpen adalah jenis karya sastra yang diparkan atau dijelaskan dalam bentuk tulisan yang berwujud sebuah cerita atau kisah secara pendek, jelas, serta ringkas. Cerpen bisa disebut juga dengan sebuah prosa fiksi yang isinya tentang pengisahan yang hanya terfokus pada satu konflik atau permasalahan.

Hikayat “Hang Tuah”

Pada suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Hang Tuah, anak Hang Mahmud. Mereka bertempat tinggal di Sungai Duyung. Pada saat itu, semua orang di Sungai Duyung mendengar kabar teng Raja Bintan yang baik dan sopan kepada semua rakyatnya. Ketika Hang Mahmud mendengar kabar itu, Hang Mahmud berkata kepada istrinya yang bernama Dang Merdu,”Ayo kita pergi ke Bintan, negri yang besar itu,apalagi kita ini orang yang yang miskin. Lebih baik kita pergi ke Bintan agar lebih mudah mencari pekerjaan. ”Lalu pada malam harinya, Hang Mahmud bermimpi bulan turun dari langit.Cahayanya penuh di atas kepala Hang Tuah. Hang Mahmudpun terbangun dan mengangkat anaknya serta menciumnya. Seluruh tubuh Hang Tuah berbau sepertiwangi-wangian. Siang harinya, Hang Mahmud pun menceritakan mimpinya kepada istri dan anaknya. Setelah mendengar kata suaminya, Dang Merdu pun langsung memandikan dan melulurkan anaknya.

Setelah itu, ia memberikan anaknya itu kain,baju, dan ikat kepala serba putih. Lalu Dang Merdu member makan Hang Tuah nasi kunyit dan telur ayam,ibunya juga memanggil para pemuka agama untuk mendoakan selamatan untuk Hang Tuah. Setelah selesai dipeluknyalah anaknya itu.Lalu kata Hang Mahmud kepada istrinya,”Adapun anak kita ini kita jaga baik-baik, jangan diberi main jauh-jauh.”Keesokan harinya, seperti biasa Hang Tuah membelah kayu untukpersediaan. Lalu ada pemberontak yang datang ke tengah pasar, banyak orangyang mati dan luka-luka. Orang-orang pemilik toko meninggalkan tokonya dan melarikan diri ke kampong. Gemparlah negri Bintan itu dan terjadi kekacauandimana-mana. Ada seorang yang sedang melarikan diri berkata kepada Hang Tuah,”Hai, Hang Tuah, hendak matikah kau tidak mau masuk ke kampung.?”Maka kata Hang Tuah sambil membelah kayu,”Negri ini memiliki prajurit dan pegawai yang akan membunuh, ia pun akan mati olehnya. ”Waktu ia sedang berbicara ibunya melihat bahwa pemberontak itu menuju Hang Tuah sambil menghunuskan kerisnya.

Maka ibunya berteriak dari atas toko,katanya,”Hai, anakku, cepat lari ke atas toko!”Hang Tuah mendengarkan kata ibunya, ia pun langsung bangkit berdiri dan memegang kapaknya menunggu amarah pemberontak itu. Pemberontak itu datangke hadapan Hang Tuah lalu menikamnya bertubi-tubi. Maka Hang Tuah punMelompat dan mengelak dari tikaman orang itu. Hang Tuah lalu mengayunkankapaknya ke kepala orang itu, lalu terbelalah kepala orang itu dan mati. Maka kata seorang anak yang menyaksikannya,”Dia akan menjadi perwira besar di tanah Melayu ini.” Terdengarlah berita itu oleh keempat kawannya, Hang Jebat, Hang Kesturi,Hang Lekir, dan Hang Lekui.

 

Mereka pun langsung berlari-lari mendapatkan Hang Tuah. Hang Jebat dan Hang Kesturi bertanya kepadanya,”Apakah benar engkau membunuh pemberontak dengan kapak?”Hang Tuah pun tersenyum dan menjawab,”Pemberontak itu tidak pantas dibunuh dengan keris, melainkan dengan kapak untuk kayu.”Kemudian karena kejadian itu, baginda raja sangat mensyukuri adanya sang Hang Tuah. Jika ia tidak datang ke istana, pasti ia akan dipanggil oleh Sang Raja.

Maka Tumenggung pun berdiskusi dengan pegawai-pegawai lain yang juga iri hati kepada Hang Tuah. Setelah diskusi itu, datanglah mereka ke hadapan Sang Raja. Maka saat sang Baginda sedang duduk di tahtanya bersama para bawahannya, Tumenggung dan segala pegawai-pegawainya datang berlutut, lalumenyembah Sang Raja, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, ada banyak berita tentang penghianatan yang sampai kepada saya. Berita-berita itu sudah lama saya dengar dari para pegawai-pegawai saya.”Setelah Sang Baginda mendengar hal itu, maka Raja pun terkejut lalubertanya, “Hai kalian semua, apa saja yang telah kalian ketahui?”Maka seluruh menteri-menteri itu menjawab, “Hormat tuanku, pegawai sayayang hina tidak berani datang, tetapi dia yang berkuasa itulah yang melakukan halini.”Maka Baginda bertitah, “Hai Tumenggung, katakana saja, kita akan membalasanya.”Maka Tumenggung menjawab, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat,untuk datang saja hamba takut, karena yang melakukan hal itu, tuan sangatmenyukainya. Baiklah kalau tuan percaya pada perkataan saya, karena jika tidak,alangkah buruknya nama baik hamba, seolah-olah menjelek-jelekkan orang itu.

Setelah Baginda mendengar kata-kata Tumenggung yang sedemikian itu,maka Baginda bertitah, “Siapakah orang itu, Sang Hang Tuah kah?”Maka Tumenggung menjawab, “Siapa lagi yang berani melakukannya selain Hang Tuah itu. Saat pegawai-pegawai hamba memberitahukan hal ini pada hamba,hamba sendiri juga tidak percaya, lalu hamba melihat Sang Tuah sedang berbicaradengan seorang perempuan di istana tuan ini. Perempuan tersebut bernama Dang Setia. Hamba takut ia melakukan sesuatu pada perempuan itu, maka hamba dengan dikawal datang untuk mengawasi mereka.”Setelah Baginda mendengar hal itu, murkalah ia, sampai mukanya berwarna merah padam. Lalu ia bertitah kepada para pegawai yang berhati jahat itu,“Pergilah, singkirkanlah si durhaka itu!”Maka Hang Tuah pun tidak pernah terdengar lagi di dalam negri itu, tetapi si Tuah tidak mati, karena si Tuah itu perwira besar, apalagi di menjadi wali Allah.Kabarnya sekarang ini Hang Tuah berada di puncak dulu Sungai Perak, di sana ia duduk menjadi raja segala Batak dan orang hutan. Sekarang pun raja ingin bertemu dengan seseorang, lalu ditanyainya orang itu dan ia berkata, “Tidakkah tuan inginmempunyai istri?”Lalu jawabnya, “Saya tidak ingin mempunyai istri lagi.”Demikianlah cerita Hikayat Hang Tuah.

 

Cerita Pendek “Hang Tuah”

Pada zaman dahulu hiduplah seorang adik kakak mereka adalah orang kaya yg baik hati adiknya bernama hang tuah dan kakaknya bernama hang tuan.adiknya orang dermawan tetapi berbeda dengan kakaknya yg sombong dan pelit.suatu hari hang tuah bertemu dengan orang yg kesusahan ,hang tuah memberikan 10 logam emas.kakaknya sudah melarang tetapi ia tetap memberi,suatu hari hang tuah berjalan dengan hang tuan,hang tuan membawa cambuk kawat untuk menyambuk adiknya jika memberi lagi.tetapi hang tuah tetap memberi walau ia menderita.sesaat mereka pulang hang tuah lekas mandi,lalu ia melihat tubuhnya berdarah darah karna di cambuk oleh kakaknya.namun ada seseorang yg datang ternyata orang itu pernah di tolong oleh hang tuah.orang itu memberi air 7 kembang bunga langkah yg dapat menyembuhkan dan menghilangkan penyakit atau luka luka serta bisa membuat orang menjadi kaya raya.hal itu di ketahui oleh hang tuan.hang tuah bertanya kepada orang itu "di mana kau mendapatkan air 7 kembang bunga itu???"
"kalau saya tahu saya akan ke sana dan mengambil air itu untuk saya berikan kepada orang yg kesusahan."sambung hang tuah
lalu orang yg pernah di tolong oleh hang tuah menjawab

"saya mendapatkan air ini di belakang gunung buaya raksasa,tetapi hanya orang yg baik dan mempunyai iman yg kuat yg dapat melewatinya sebab di sana akan di tanya tentang iman dan budi pekerti.yg bisa menjawab akan bertemu dengan buaya raksasa itu dan mengambil air 7 kembang bunga sebanyak banyaknya."

mendengar hal itu,hang tuan langsung pergi menuju gunung itu tanpa berfikir panjang.ia adalah orang yg sombong dan pelit lalu hang tuah menyusul setelah orang yg tadi pulang.ia pergi dengan hati hati.sedangkan hang tuan terburu buru.ia takut hang tuah terlebih dahulu mendapatkan air 7 kembang bunga.karena terburu buru hang tuan tidak melihat jalan tembusan terdekat untuk sampai di gunung tersebut.hang tuah dengan sabar dan hati hati menuju gunung tersebut.ia melihat jalan tembusan itu.ia melewati tembusan itu dan akhirnya setelah 10 menit ia sampai.ia di tanya oleh anak buaya itu 5 pertanyaan sudah terjawab dengan benar ia masuk dan bertemu dengan buaya raksasa itu.buaya raksasa memerintahkan hang tuah untuk mengambil air tersebut.ia tidak mengambil banyak,melainkan ia hanya mengambil 5 kendi air untuk di bagikan kepada rakyat miskin.lalu buaya itu bertanya
"mulia sekali hatimu karna hatimu mulia ambillah sebanyak banyaknya."
hang tuah menjawab
"saya hanya membutuhkan 5 kendi air saja bahkan ini lebih dari cukup untuk di bagikan kepada rakyat miskin."
setelah itu hang tuah segera berterimakasih kepada sang buaya dan pulang.hang tuan pun baru sampai anak buaya itu sudah mengetaahui bahwa hang tuan adalah anak yg sombong dan pelit.hang tuan memberi janji yg berbunyi
"jika aku bisa menjawab pertanyaanmu berilah aku 20 kendi air tetapi jika aku tidak berhasil berilah saya kepada buaya raksasa sebagai persembahan."
anak buaya itu menyetujuinya karna ia yakin hang tuan tidak akan bisa menjawab pertanyaan tersebut.akhirnya hang tuan bisa menjawab 4 pertanyaan dan tinggal 1 pertanyaan lagi yg belum ia jawab.ia bingung akhirnya ia tidak bisa menjawab pertanyaan itu dan akhirnya ia di jadikan persembahan untuk buaya raksasa.

itulah hukuman bagi orang yg sombong peristiwa ini terjadi ketika hang tuah telah sampai di rumahnya.akhirnya hang tuah menjadi orang yg kaya raya dan dermawan.kedermawanannya itu di sukai oleh rakyat.hang tuah memberikan 10 logam emas kepada setiap orang.warga di desa itu hidup damai dan sejahtera.

Hasil observasi Unsur Intrinsik

Jika dilihat akan ada perbedaan antara unsur intrinsik hikayat dan unsur intrinsik yang terdapat pada cerpen dan hikayat. Sebelumnya, mari kita membahas unsur-unsur intrinsik yang ada dalam hikayat dan cerpen, penulis juga akan menampilkan kutipan yang bersangkutan dengan unsur intrinsik yang ada

            Unsur intrinsik yang akan dibahas pertama adalah latar. Latar tempat yang ada pada hikayat diatas adalah Sungai Duyung diambil dari penggalan “…., anak Hang Mahmud. Mereka bertempat tinggal di Sungai Duyung”.sedangkan latar tempat di dalam cerpen tidak dijelaskan. Untuk latar waktu yang dipakai pada hikayat dan cerpen ialah sama, yaitu masa lampau. Diambil dari penggalan " Pada zaman dahulu hiduplah seorang….” Dan Pada suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Hang Tuah” Peggalan-penggalan tersebut menunjukkan hal itu terjadi pada zaman dahulu.

            Unsur intrinsik yang selanjutnya adalah tema. Tema yang terdapat pada hikayat ialah kepahlawanan,kalimat yang membahas itu adalah “Pemberontak itu datangke hadapan Hang Tuah lalu menikamnya bertubi-tubi. Maka Hang Tuah punMelompat dan mengelak dari tikaman orang itu. Hang Tuah lalu mengayunkankapaknya ke kepala orang itu, lalu terbelalah kepala orang itu dan mati”. Sedangkan tema cerita pendeknya adalah kedermawanan, tema itu didapat dari penggalan “Kedermawanannya itu di sukai oleh rakyat.Hang tuah memberikan 10 logam emas kepada setiap orang. Semua warga di desa itu hidup damai dan sejahtera”.

            Unsur intrinsik berikutnya adalah plot/alur cerita. Alur cerita yang terdapat pada hikayat diatas adalah maju. Penggalan yang dapat menyatakan alurnya maju adalah “…… Seluruh tubuh Hang Tuah berbau sepertiwangi-wangian. Siang harinya, Hang Mahmud pun menceritakan mimpinya kepada istri dan anaknya.... Maka Hang Tuah punMelompat dan mengelak dari tikaman orang….”. untuk plot/alur cerpen adalah maju, dibuktikan oleh penggalan “Pada zaman dahulu hiduplah seorang adik kakak mereka adalah orang kaya yg baik hati adiknya bernama hang tuah dan kakaknya bernama hang tuan…. hang tuah memberikan 10 logam emas kepada setiap orang.warga di desa itu hidup damai dan sejahtera”.

            Unsur intrinsik yang ke-4 adalah penokohan. Tokoh tokoh yang ada di hikayat adalah Hang Tuah, Hang Mahmud, Dang merdu, dan baginda raja. Sedangkan di dalam cerita pendek tokohnya ialah Hang Tuan, Hang tuah, Buaya raksasa, Anak Buaya.

            Yang berikutnya adalah unsur intrinsik yaitu sudut pandang didalam hikayat dan cerita pendek ini menggunakan sudutpandang orang ketiga serba tahu karena yang dipakai adalah kata ganti orang ke 3 ataupun nama tokoh itu sendiri. Penggalannya adalah “ia melihat jalan tembusan itu.ia melewati tembusan itu dan akhirnya setelah 10 menit ia sampai.ia di tanya oleh anak buaya itu…..” dan “…seperti biasa,Hang Tuah membelah kayu untukpersediaan…”

          Yang berikutnya adalah gaya bahasa. Jika anda memperhatikan dengan seksama, gaya bahasa yang digunakan didalam cerpen maupun hikayat sangat berbeda. Pada hikayat ditemukan kalimat-kalimat seperti “Gemparlah negri Bintan itu dan terjadi kekacauan dimana-mana” penggalan tersebut adalah bahasa melayu. Jika di cerpen kita tidak bias menemukan penggalan seperti tadi, tetapi kita dapat menemukan kalimat seperti “Karena terburu buru hang tuan tidak melihat jalan tembusan terdekat untuk sampai di gunung tersebut” jika dilihat kedua penggalan menguuunakan gaya bahasa yang berbeda. Hikayat menggunakan kalimat kalimat yang sedikit bertele-tele dan sulit dimengerti, serta bahasa yang digunakan, sulit untuk dimengerti, sedangkan cerpen menggunakan bahasa bahasa yang mudah dipahami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar